Jumat, 29 Maret 2013

UDARA KOTA PALEMBANG KU Dalam Perspektif Kesehatan Lingkungan

UDARA KOTA PALEMBANG KU Dalam Perspektif Kesehatan Lingkungan


BAB I
PENDHULUAN

1.1       Latar Belakang
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja (Fardiaz, 1992).
Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan karena tanpa udara manusia, hewan, dan komponen / media lingkungan tumbuh-tumbuhan tidak dapat melangsungkan kehidupannya, selain itu udara juga berfungsi sebagai pelindung kehidupan dimuka bumi ini dari radiasi matahari yang kuat. (Badan Lingkungan Hidup, 2010)
Pencemaran udara merusak lingkungan dan menyebabkan kerusakan properti. mengurangi visibilitas di taman nasional seperti ngarai besar di negara-negara bersatu dan bahkan dapat mengganggu penerbangan. merusak lingkungan terkait dengan polusi udara meliputi membahayakan hutan, danau dan badan air lainnya, satwa liar, dan bangunan. mengunjungi kota-kota besar banyak negara di dunia dan Anda akan melihat bahwa struktur mereka sering menghitam dari bertahun-tahun paparan asap dan asap.(Friis,RH.2007)
Pencemaran udara adalah keadaan dimana di dalam udara atmosfir oleh suatu sumber, baik melalui aktifitas manusia maupun batas waktu tertentu yang secara karakteristik dapat atau memiliki kecenderungan dapat menimbulkan ketimpangan susunan udara atmosfir secara ekologis sehingga mampu menimbulkan gangguan-gangguan bagi kehidupan satu atau kelompok organisme maupun benda-benda. Bahan-bahan pencemar seperti asap, gas, debu, dan sebagainya dalam jumlah dan bentuk tertentu yang dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Udara tercemar pada mulanya akan mengganggu saluran pernafasan atau menyebabkan kematian.(Badan Lingkungan Hidup, 2010)
Dalam hal ini maka perlu suatu pengendalian terhadap pencemaran udara, dimana dalam hal ini perlu dilaksanakan pencegahan dan penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar baik sumber bergerak dan sumber tidak bergerak termasuk sumber gangguan termasuk penanggulangan keadaan darurat. Sehingga ditetapkan peraturan pemerintah tentang Baku Mutu Udara Ambien yaitu PP no. 41 tahun 1999 dengan maksud melindungi kualitas udara ambien di daerah terpantau (daerah yang melakukan kegiatan-kegiatan yang mempunyai potensi menurunkan kualitas udara ambien) masih memenuhi mutu udara ambien.

Menurut Malaka (1999) pembangunan nasional yang berlangsung dalam semua bidang kegiatan akan membawa dampak positif bagi semua kegiatan perekonomian dan kemakmuran bangsa. Tetapi disisi lain, perkembangan tersebut terutama dibidang industri juga mengandung potensi bahaya yang menghambat proses pembangunan itu sendiri. Potensi bahaya ini jika tidak dikendalikan dengan baik dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun kecelakaan pencemaran lingkungan. (Ningsih, 2010) 
Kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan ironis apabila ternyata merusak kualitas lingkungan khususny udara yang semakin kotor dan tidak sehat. Perubahan kualitas hidup di perkotaan selain memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memberikan dampak negative. Salah satu dampak negative tersebut dalah meningkatnya pencemaran udara secara signifikan, terutama di perkotaan yang menjadi lokasi pembangunan kawasan perdagangan dan industri. Meningkatnya pemindahan barang dan orang dari kawasan industri menyebabkan kemacetan lalu lintas dan meningkatnya konsumsi energi, yang pada gilirannya akan meningkatkan pencemaran udara.(Badan Lingkungan Hidup, 2009)
Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro karbon (HC), PM 10 , PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah Hitam), Dustfall (debu jatuh). Empat parameter yang lain (Total Fluorides (F), Fluor Indeks, Khlorine & Khlorine dioksida, Sulphat indeks. (www.depkes.go.id).
Emisi Pb masuk ke dalam lapisan atmosfer bumi dan dapat berbentuk gas dan partikel. Emisi Pb yang masuk dalam bentuk gas terutama berkaitan sekali berasal dari buangan gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasil samping pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan, yang berasal dari senyawa tetrametil-Pb dan tetril-Pb yang selalu ditambahkan dalam bahan bakar kendaraan bermotor yang berfungsi sebagai antiknock pada mesin-mesin kendaraan. Musnahnya timbal (Pb) dalam peristiwa pembakaran pada mesin yang menyebabkan jumlah Pb yang dibuang ke udara melalui asap buangan kendaraan menjadi sangat tinggi. (http://pdpersi.co.id).
Dan hasil penelitian di udara kota Yogyakarta di dapatkan bahwa kadar timbal rata-rata sebesar 0,1427 µg/Nm³. Dan kadar yang tertinggi di peroleh sebesar 0,454 µg/Nm³ di jalan solo dan yang terrendahterdapat di jalan Magelang yaitu sebesar 0,016 µg/Nm³.(T. Irwansyah, Maryadi Broto.S, 2003) dan penelitian yang di lakukan di Bali Kadar Timbal tertinggi terdapay di GOR Ngurah Rai yaitu sebesar 0,843 µg/Nm³dan yang terrendah di jalan Gajah Mada (Depan kantor walikota Denpasar) yaitu sebesar 0,555 µg/Nm³.(Sugiarta.A.A.G, 2006)
Polusi udara dapat memicu serangan jantung lebih besar daripada mengkonsumsi kokain. Polusi udara bahkan bahkan lebih berbahaya ketimbang pemicu serangan jantung lainnya, seperti kopi, alkohol, dan aktivitas fisik dan Isu polusi udara kini mengglobal. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menggambarkan polusi udara sebagai salah satu ancaman lingkungan terbesar untuk kesehatan. Dan polusi udara diperkirakan menjadi penyebab kematian prematur hingga 2 juta penduduk di seluruh dunia setiap tahunnya. (vivanews.com)
Pencemaran udara di Indonesia sudah menjadi salah satu masalah besar yang harus dihadapi dan ditangani secara intensif, khususnya daerah perkotaan dan industri. Untuk mengetahui tingkat kualitas udara di suatu daerah, perlu dilakukan pemantauan secara intensif dan terpadu. Hasil pemantauan menjadi bahan pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan pengelolaan lingkungan di daerahnya. (LAPAN 2008)
WHO menempatkan Jakarta sebagai kota dengan tingkat polusi tertinggi ketiga di dunia, setelah Meksiko dan Thailand. Sumber polusi terbesar dihasilkan asap kendaraan bermotor yang mencapai 70 persen. Kontaminasi gas buang kendaraan bermotor itu tak hanya membuat Jakarta menyandang kota terjorok. Kondisi itu juga berpotensi menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi warganya. Dan, mereka yang beraktivitas di dekat sumber polusi merupakan kelompok yang paling rentan menerima dampaknya. (VIVAnews.com)
Penurunan kualitas udara di kota Palembang diduga terjadi  karena adanya peningkatan jumlah sumber pencemar seperti semakin banyaknya kendaraan bermotor, aktifitas kegiatan industry, perkantoran, perumahan dan lain sebagainya, untuk itu, di butuhkan kajian untuk mengamati dan menggambarkan kondisi kualitas udara sebenarnya. (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan,  2007).

Kadar Pb dalam udara dapat diukur dengan menggunakan metode analisis Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Metode ini digunakan karena mempunyai kepekaan yang sangat tinggi sehingga mampu mendeteksi adanya logam berat seperti timbal (Pb) dalam kadar kecil.(BSN,SNI 19-7119.4-2005)
Tabel 1.1
Kadar Timbal (Pb) Di Udara Kota Palembang Tahun 2009

No
Nama Lokasi
Timbal
(µg/Nm³/1 jam)
Baku Mutu PERGUB no.17/2005
Tahap 1
Tahap 2
1
2
3
4
5
Simpang 4 Jakabaring
Masjid Agung
Simpang 4 charitas
Simpang 4 POLDA
Bandara
0,0265
0,0531
0,0248
0,0266
0,0031
0,0364
0,0432
0,0448
0,0465
0,0043
2 (µg/Nm³/24 jam)

*Sumber : Laporan Koordinasi Penilaian Langit Biru, Blh Prov. sumsel 2009
Tabel 1.2.
Kadar Timbal (Pb) Di Udara Kota Palembang Tahun 2010

No
Nama Lokasi
Timbal (µg/Nm³/1jam)
Baku Mutu PERGUB no.17/2005
Tahap 1
Tahap 2
1
2
3
4
5
Simpang 4 Jakabaring
Masjid Agung
Simpang 4 charitas
Simpang 4 POLDA
Bandara
0,031
0,056
0,035
0,083
0,067
0,003
0,056
0,035
0,083
0,067
2 (µg/Nm³/24 jam)

*Sumber : Laporan Koordinasi Penilaian Langit Biru, Blh Prov. sumsel 2010
Dari tabel diatas titik pantau Simpang polda memiliki nilai konsentrasi Timbal tertinggi pada kedua tahapan periode 2 tahun pemantauan. Secara umum konsentrasi Timbal di kota Palembang masih di bawah Standar Baku Mutu yaitu 2 (µg/Nm³/24 jam)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1              Pencemaran Udara
Menurut WHO Polusi udara adalah pencemaran lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan oleh bahan kimia, agen fisik atau biologis yang memodifikasi karakteristik alam dari atmosfer. Alat pembakaran rumah tangga, kendaraan bermotor, fasilitas industri dan kebakaran hutan merupakan sumber umum dari polusi udara. Polutan yang berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat adalah partikel, karbon monoksida, ozon, nitrogen dioksida dan sulfur dioksida.
Pencemaran udara sebagian besar disebabkan oleh pembakaran sumber energy, kekuatan emisinya sangat tergantung pada intensitas aktivitas antropogenetik daerah yang bersangkutan, pada daerah perkotaan umumnya emisi pencemaran dari berbagai saktivitas jauh melebihi emisi bahan pencemar dari sumber alami, sumber pencemar alami hanya memberikan kontribusi latar di daerah perkotaan, sedangkan kualitas udara ambient didaerah perkotaan lebih dipengaruhi oleh aktivitas manusia. (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan  palembang 2010)
Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis bensin, alat pengendali emisi bahan baker, suhu operasi dan factor lain yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit. Bahan pencemar yang utama terdapat didalam gas buang kendaraan bermotor yaitu karbon monoksida (CO), bebagai senyawa hidrokarbon, bebagai oksida Nitrogen (NOx) dan surfur oksida (SOx), dan partikulat debu termasuk timbal (Pb).(BTKL,  2010)

2.2       Jenis Pencemaran Udara
pengelompokkan bahan pencemar udara yang umum digunakan dalam penetapan oriteria kualitas udara ambient diantaranya adalah :
a.       Total Suspended Particulate (TSP)
            Berbagai jenis partikulat di udara umumnya mempunyai sifat fisik dan komposisi kimia yang berbeda partikulat adalah zat padat atau cair yang halus dan tersusp[ensi di udara misalnya embun, debu, asap, flume, dan fog. Debu adalah zat padat hasil kondensasi gas, biasanya terjadi setelah proses penguapan logam cair. Asap adalah karbon yang berdiameter kurang dari 0,1 mikron akibat dari pembakaran hidrat karbin yang kurang sempurna (slamet,2002).
b.      Sulfur dioksida (SO2)
            Surfur diolsida (SO2) adalah gas yang bersifat asam, sngat korosif dan bila begabung dengan uap air di atmosfer akan menimbulkan hujan asam. Dalam bentuk basah dan j\kering, akumulasi gas SO2 akan menimbulkan kerusakan dan destruksi pada tanaman,  mendegradasi tanah dengan melarutkan logam-logam, merusak bahan bangunan dan mengkontaminasi sumber air.
Di dlm udara SO2 mengalamin reaksi-reaksi florokimia dan berubah menjadi berbagai senyawa seperti SO2 yang bersifat iritan yang lebih kuat dari SO2.
Keberadaan SO2 di udara diketahui dapat menimbulkan penyakit asma dan saluran pernapasan yang kronis.
Sumber utama SO2 adalah gas-gas hasil pembakaran bahan baker yang kandungan sulfurnya tinggi, tetapi sekarang juga di hasilkan dari batubara yang dipakai untuk keperluan industri, rumah tangga dan pusat energy.
c.       Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen Oksida (NO2) adalah gas toksik bagi manusia yang sumber utamanya adalah proses pembakaran pada suhu tinggi. Spesies nitrogen oksida yang sering terdapat dalam atmosfir adalah NO,NO2, atau N2O atau lebih dikenal  dengan NOx.
Nitrogen oksida mengakibatkan kerusakan pada lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia antara lain iritasi saluran pernapasan, asma, meningkatan terjadinya infeksi
d.   Hidrokarbon (HC)
      struktur Hidrokarbon (HC) terdiri dari elemen hydrogen dan karbon dan sifat fisik HC di pengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun molekul HC. Hc adalah bahan pencemar udara yag dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsure ini akan cenderung berbentuk padatan. Hidrokarbon dengan kandungan unsur C antara 1-4 atom karbon akan berbentuk gas pada suhu kamar, sedangkan kandungan karbon diatas 5 akan berbentuk cairan dan padatan.
      Sebagai bahan pencemar udara, hidrokarbon dapat berasal dari proses industri yang diemisikan ke udara dan kemudian merupakan sumber fotokimia dari ozon. HC merupakan polutan primer karena dilepas ke udara ambient secara langsung.
e.   Karbon Monoksida (CO)
      Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang di emisikan ke atmosfir sebagai hasil proses pembakaran, oksidasi senyawa hidrokarbon dan senyawa organic lainnya. CO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau dan berumur didalam udara diperkirakan 0,3 tahun.
Sifat lain gas CO adalah menurunkan kapasitas reduksi oksigen di dalam darah.
f.       amoniak (NH3)
      amoniak terjadi dalam bentuk dan garam-garamnya sebagai polutan udara. Konsentrasi ammonia dalam udara tergantung pada lingkungan alam sekitarnya atau proses dekomposisi buatan dari unsur-unsur organic yang mengandung nitrogen. Dalam konsentrasi besar, gas NH3 dibentuk dari urea atau asam urat.
      Ammonia dengan konsentrasi tinggi dihasilkan oleh industri kimiawi dan dapat ditemukan diberbagai tempat seprti industri tanaman produksi dan hasil samping produksi dari proses cairan ammonia baik pada produksi asam nitrit, pupuk penyubur tanah, asam hidrosianik, plastic dan pengobatan permaketik.
      Gas ammonia dapat memberikan rangsangan kuat pada selaput dari mulut, hidung dan pernapasan
g.      Timbal (Pb)
Timbal adalah logam beracun yang digunakan selama bertahun-tahun produk ditemukan di dalam dan sekitar rumah kita. Timbal juga bisa dipancarkan ke dalam udara dari sumber industri dan penerbangan bensin bertimbal, dan memimpin bisa masuk air minum dari bahan pipa ledeng. Timbal dapat menyebabkan berbagai efek kesehatan, dari masalah perilaku dan kesulitan belajar, kejang dan kematian. Anak enam tahun dan di bawah adalah yang paling berisiko. (NAAQS/Air/US EPA)

2.3       Timbal (Pb)
2.3.1    Definisi Timbal (Pb)
Timbal (Pb) adalah logam yang ditemukan secara alami di lingkungan serta dalam produk diproduksi. Sumber utama emisi timbal secara historis kendaraan bermotor (seperti mobil dan truk) dan sumber industri. Sebagai hasil dari upaya regulasi EPA untuk menghapus timbal dari bensin kendaraan bermotor, emisi timbal dari sektor transportasi secara dramatis menurun 95 persen antara 1980 dan 1999, dan tingkat timbal di udara menurun sebesar 94 persen antara 1980 dan 1999. Saat ini, tingkat tertinggi timbal di udara biasanya ditemukan di dekat smelter timah. Sumber utama emisi mengarah ke udara saat ini bijih dan pengolahan logam dan bensin bertimbal penerbangan. (http://www.epa.gov/airquality/lead)
Timbal merupakan logam berat beracun yang terutama mempengaruhi sistem saraf hematopoietik, ginjal, dan pusat itu terakumulasi dalam tubuh dan disimpan dalam tulang terpapar timbal udara-tulang terjadi langsung oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi timbal,air,tanah, dan debu.(Daniel.S.B And.James A R)
Timbal (plumbum /Pb ) atau timah hitam adalah satu unsur logam berat yang lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya. Timbal berupa serbuk berwarna abu-abu gelap digunakan antara lain sebagai bahan produksi baterai dan amunisi, komponen pembuatan cat, pabrik tetraethyl lead, pelindung radiasi, lapisan pipa, pembungkus kabel, gelas keramik, barang-barang elektronik, tube atau container, juga dalam proses mematri.
Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan proses geokimia. Pb merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5 ºC dan titik didih 1.740 ºC pada tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor atom terbesar dari semua unsur yang stabil, yaitu 82. Namun logam ini sangat beracun. Seperti halnya merkuri yang juga merupakan logam berat. Timbal adalah logam yang dapat merusak sistem syaraf jika terakumulasi dalam jaringan halus dan tulang untuk waktu yang lama. Logam ini sangat resistan (tahan) terhadap korosi, oleh karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat korosif (seperti asam sulfat). (www.rifamedia.co.cc.)

2.3.2        Sumber Polusi Timbal (Pb)
Kendaraan membakar bensin bertimbal merupakan sumber utama timbal atmosfer di negara-negara daripada tidak dilarang aditif ini. industri tertentu-misalnya, ltimbal dan smelter tembaga (Landrigan, halpen, dan Silbergeld, 1989) dan pabrik baterai daur ulang-juga sumber penting. sebelum 1975, pembakaran bensin menyumbang 90% dari Pb udara ditanggung. (Daniel.S.B And .James.A R)
Di masa lalu, kendaraan bermotor merupakan penyumbang utama emisi mengarah ke udara. Sebagai hasil dari upaya regulasi EPA untuk mengurangi Timbal dalam bensin, udara emisi timbal dari sektor transportasi, dan terutama sektor otomotif, telah sangat menurun selama dua dekade terakhir. Sumber utama dari emisi mengarah ke udara saat ini bijih dan pengolahan logam dan bensin bertimbal penerbangan. Konsentrasi udara tertinggi timbal biasanya ditemukan di dekat smelter timah. Sumber tidak bergerak lainnya adalah sampah insinerator, utilitas, dan produsen timbal-asam baterai. (http://www.epa.gov/airquality/lead)
Berdasrkan data yang disebabkan lembaga komite penghapusan bensin bertimbal (Kpbb), jenis gasoline yang dipasarkan oleh pertamina  dengan nama Premium, memiliki angka Oktan 88 dengan kandungan timbale maksimum 0,3 gram/liter.
   Menurut keputusan Dirjen Migas NO.3674k/24/DJM/2006, tanggal 17 maret 2006, Spesifikasi bahan bakar  minyak  jenis bensin 95 memiliki kandungan timbal (Pb) maksimum 0,013 gram/liter
Jumlah kandungan timbal dalam premium (gasoline 88) dibagi menjadi 2 yaitu :  1. premium tanpa timbal sebesar 0,013 gr/I
            2. premium  bertimbal sebesar 0,3 gr/I
http://www.pertamina.com /material-safety-data-sheet
Sebagai sumber timbal (Pb) di lingkungan hidup kita adalah (Mukono, 2002) dalam (Arwandi):
1. Udara
Timbal (Pb) di udara dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam keadaan alamiah menurut studi patterson (1965), kadar timah hitam di udara sebesar 0,0006 mikrogram/m3, sedangkan di daerah tanpa penghuni dipegununan California (USA), menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar 0,008 mikrogram/m3. Baku mutu di udara adalah 0,025 – 0,04 gr/Nm3.
2. Air
Analisis air bawah tanah menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar antara 1–60 mikrogram/liter, sedangkan analisis air permukaan terutama pada sungai dan danau menunjukkan angka antara 1–10 mikrogram/liter. Kadar timah hitam pada air laut kadarnya lebih rendah dari yang terdapat di air tawar. Di pantai Californa (USA) kadar timah hitam (Pb) menunjukkan kadar antara 0,08 – 0,04 mikrogram/liter. Timbal (Pb) yang larut dalam air adalah Timbal asetat (Pb(C2H3O2)2), timbal klorat Pb(CLO3)2, timbal nitrat Pb (NO3)2, timbal stearat Pb (C18H35O2)2. Baku mutu (WHO) timbal (Pb) dalam air 0,1 mg/liter dan KLH No 02 tahun 1988 yaitu 0,05 – 1 mg/liter.
3. Tanah
Rata-rata timbal (Pb) yang terdapat dipermukaan tanah adalah sebesar 5–25 mg/kg.
4. Batuan
Bumi kita mengandung timbal (Pb) sekitar 13 mg/kg. Menurut study Weaepohl (1961), dinyatakan bahwa kadar timbal (Pb) pada batuan sekitar 10 – 20 mg/kg.
5. Tumbuhan
Secara alamiah tumbuhan dapat mengandung timbal (Pb). Menurut Warren dan Delavault (1962), Kadar timbal (Pb) pada dedaunan adalah 2,5 mg/kg berat daun kering.
6. Makanan
Kadar timbal (Pb) pada makanan dapat bertambah dalam proses procecing, kandungan timbal (Pb) yang tinggi ditemukan pada beras, gandum, kentang dan lain-lain. Asupan yang diizinkan yaitu 50 mikrogram/kg BB (dewasa) dan 25 mikrogram/kg BB (anak-anak). (http://repository.usu.ac.id/bitstrean).
Komponen-komponen Pb yang mengadung halogen berbentuk selama pembakaran bensin karena ke dalam bensin sering ditambahkan cairan antiletupan yang mengadung scavenger kimia. Bahan cairan antiletupan yang aktif terdiri dari tetraetil Pb atau Pb (C2 H5)4, tetrametil Pb atau (CH3) 4, atau kombinasi dari keduanya, scavenger ditambahkan supaya dapat bereksi dengan komponen Pb yang tertinggal di dalam bensin sebagai akibat pembakaran bahan antiletup tersebut. Komponen-komponen Pb yang dapat merusak mesin jika tertinggal, bereaksi dengan scavenger dan membentuk gas dan suhu tertentu saat mesin dijalankan, sehingga akan keluar bersama dengan bahan-bahan lainnya dan tidak akan merusak mesin. Dua macam scavenger yang sering digunakan adalah etilen dibromide (C2H4Br2) dan etilen dikhloride (C2H4Cl2). Bahan aditif yang ditambahkan ke dalam bensin terdiri dari 62% tetraetil Pb, 18% etilen dibromide, 18% etilen dikhloride, dan 2% bahan-bahan lainnya.
Tabel 2.1
Komponen Pb Di Dalam Asap Mobil

Komponen Pb
Persen dari total partikel Pb
di dalam asap kendaraan
Segera
Setelah
Starter
18 jam
Setelah
Starter
PbBrCl
PbBrCl.2PbO
PbCl2
Pb(OH)Cl
PbBr2
PbCl2.2PbO
Pb(OH)Br
PbOx
PbCO3
PbBr2.2PbO
PbCO3.2Pb
32.0
31.4
10.7
7.7
5.5
5.2
2.2
2.2
1.2
1.1
1.0
12.0
1.6
8.3
7.2
0.5
5.6
0.1
21.2
13.8
0.1
29.6
Sumber : Srikandi Fardiaz, 1992 : 62.
Jenis dan jumlah komponen-komponen Pb yang diproduksi dari asap mobil yang telah tertera pada table diatas, dimana kolom pertama menunjukkan komposisi asap mobil segera setelah mobil distarter, sedangkan kolom kedua menunjukkan komposisi asap mobil 18 jam setelah distarter. Data komposisi asap mobil setelah 18 jam menunjukkan bahwa komposisi Pb mungkin mengalami reaksi ketika dilepaskan di udara. Cara menangkap asap mobil ddalam percobaan ini dilakukan dengan menampung asap di dalam kantung berwarna hitam yang diisi udara bersih kering, kemudian campuran tersebut dianalisis 18 jam kemudian. Dari data tersebut terlihat bahwa komponen Pb yang terdapat dalam jumlah tinggi didalam asap mobil terutama adalah Pb oksikarbonat (PbCO3.2PbO), Pb okside (PbOx), Pb karbonat (PbCO3). (Srikandi Fardiaz, 1992 : 60-62).

2.3.3    Faktor Mempengaruhi Penyebaran Timbal di udara
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pencemaran udara di atmosfer, misalnya
1.      Kelembaban
kelembaban udara juga mempengaruhi konsentrasi pencemaran udara, pada kelembabab yang tinggi maka kadar uap air di udara dapat bereaksi dengan pencemar di udara, menjadi zat lain yang tidak berbahaya
2.      Suhu
suhu yang menurun pada permukaan bumi, dapat menyebabkan peningkatan kelembaban udara relative, sehingga akan meningkatkan efek korosif bahan pencemar didaerah yang udaranya tercemar. Pada suhu yang meningkat, akan meningkat pula kecepatan reaksi suatu bahan kimia.
3.      Angin
Merupakan factor utama dalam persebaran zat pencemaran udara, angin dapat mengakibatkan suatu zat berpindah tempat.
4.      Kendaraan
Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber-sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi yang direncanakan.

2.3.4        Metode Penelitian Timbal (Pb)
               Dalam SNI 19-7119.4-2005  telah dijelaskan tentang cara uji kadar Timbal (Pb) dengan metode pararosanilin menggunakan Dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom
            Partikel di udara ditangkap dengan menggunakan alat HVAS dan media penyaring atau filter. Timbal yang terkandung di dalam partikel tersuspensi tersebut didekstruksi  dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

2.3.5        Sifat-Sifat Timbal Pb
Polusi timbal (Pb) dapat terjadi diudara, air maupun tanah. Kandungan timbal di dalam tanah rata-rata adalah 16 ppm, tetapi pada daerah-daerah tertentu mungkin dapat mencapai beberapa ribu ppm, kandungan timbal di dalam udara seharusnya rendah karena nilai tekanan uapnya rendah. Untuk mencapai tekanan uap 1 torr, timbal atau komponen-komponen timbal membutuhkan suhu lebih dari 800o C, berbeda dengan merkuri di mana tekanan uap 1 torr dapat dicapai pada suhu yang jauh lebih rendah yaitu 126 o C. (Srikandi Fardiaz, 2006).
Logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut :
1.      Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2.      Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3.      Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 derajat C.
4.      Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri.
5.      Merupakan penghantar listrik yang tidak baik. (Heryando Palar, 2004)

2.3.6        Kegunaan Timbal (Pb)
Timbal dan persenyawaannya banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam industri baterai, timbal digunakan sebagai grid  yang merupakan alloy (suatu persenyawaan) dengan logam bismuth (Pb-Bi) dengan perbandingan 93:7.
Timbal oksida (PbO4) dan logam timbal dalam industri baterai digunakan sebagai bahan yang aktif dalam pengaliran arus elektron.kemampuan timbal dalam membentuk alloy dengan banyak logam lain telah dimanfaatkan untuk meningkatkan sifat metalurgi dari logam ini dalam penerapan yang sangat luas. Alloy Pb yang mengandung 1% stibium(Sb), banyak digunakan sebagai bahan kabel telepon. Alloy dengan 0,15%As, 0,1%Sn, dan 0,1%Bi, banyak digunakan untuk kabel listrik. Di samping itu, bentuk-bentuk lain dari alloy Pb, juga banyak digunakan dalam konstruksi pabrik-pabrik kimia, kontrainer dan alat-alat lain. Penggunaan alloy Pb ini lebih disebabkan oleh kemampuannya yang sangat tinggi untuk tidak mengalami korosi.
Kemampuan Pb untuk berikatan dengan atom N (nitrogen) untuk membentuk senyawa azida. Senyawa ini merupakan suatu jenis senyawa mempunyai kemampuan ledakan dengan pencaran energi yang besar. Karena itu, senyawa azida banyak digunakan sebagai detonator (bahan peledak).
Persenyawaan Pb dengan Cr (chromium), Mo (molibdenum) dan Cl (chlor), digunakan secara luas sebagai pigmen “chrom”. Senyawa PbCrO4 digunakan dalam industri cat untuk mendapatkan warni “kuning-chrom”, Pb(OH)2.2PbCO3 untuk mendapatkan warna “timah putih”, sedangkan senyawa yang dibentuk dari Pb3O4, digunakan untuk mendapatkan warna ‘timah merah”.
Senyawa silikat timbal (Pb-silikat) yang dibentuk dari intermediet Pb-asetat (CH3-COO-Pb-OOCH3), digunakan secara luas sebagai salah satu bahan pengkilap keramik dan sekaligus berperan sebagai bahan tahan api. Persenyawaan yang terbentuk antara Pb dengan arsenat dapat digunakan sebagai insektisida. Penggunaan yang relatif baru dari logam timbal ini adalah dalam peningkatan sifat megnetik dari keramik barium-ferrit. Kombinasi Pb dengan Te (telurium) digunakan sebagai komponen aktif pada pembangkit listrik tenaga panas.
Dalam perkembangan industri kimia, dikenal pula additive yang dapat ditambahkan ke dalam bahan baker kendaraan bermotor. Persenyawaan yang dibentuk dari logam Pb sebagai additive ini ada dua jenis, yaitu (CH3)4-Pb (tetrametil-Pb) dan (C2H5)4-Pb (tetraetil-Pb). (heryando Palar, 2004 : 76-77).

2.3.7        Toksisitas Timbal (Pb)
Timbal (Pb) adalah logam toksik yang bersifat kumulatif sehingga mekanisme toksisitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhi yaitu sebagai berikut :
  1. Sistem hemopoietik : dimana Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin (Hb) sehingga menyebabkan anemia.
  2. Sistem saraf pusat dan tepi : di mana Pb dapat menyebabkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium.
  3. Sistem ginjal : dapat menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia, glukosuria, nefropati, fibrosis, dan atrofi glomerular.
  4. Sistem gastro-intestinal; di mana Pb dapat menyebabkan kolik dan konstipasi.
  5. Sistem kardiovaskuler; di mana Pb dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler pembuluh darah.
  6. Sistem reproduksi; di mana Pb dapat menyebabkan kematian janin waktu melahirkan pada wanita serta hipospermi dan teratospermia pada pria, dan tidak berkembangnya sel otak embrio
  7. Sistem indokrin; di mana Pb dapat menyebabkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal.
  8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi. (Darmono, 2001 : 140).
Paparan Pb dosis tinggi mengakibatkan kadar Pb darah mencapai 80 µg/dL pada orang dewasa dan 70 µg/dL pada anak-anak sehingga terjadi ensefalopati, kerusakan arteriol dan kapiler, edeme otak, meningkatkanya tekanan cairan serebrospinal, degenerasi neuron, serta perkembangbiakan sel glia yang disertai dengan munculnya ataksia, koma, kejang-kejang, dan hiperaktivitas. Kandungan Pb dalam darah berkorelasi dengan tingkat kecerdasan manusia. Semakin tinggi kadar Pb dalam darah, semakin rendah poin IQ. Apabila dalam darah ditemukan kadar Pb sebanyak tiga kali batas normal (intake normal sekitar 0,3 mg/hari), maka akan terjadi penurunan kecerdasan intelektual.
Intoksikasi Pb bisa terjadi melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernafasan, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, serta lewat paremteral. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila makanan atau minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka tubuh akan mengeluarkannya. Sebagian kecil Pb diekskresikan melalui urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein dan sebagian lainnya lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut.
Keracunan yang ditimbulkan oleh senyawa logam Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya Pb ke dalam tubuh dapat melalui beberpa jalur yaitu nmelalui makanan dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit.
Keracunan akibat kontaminasi logam Pb dapat menimbulkan berbagai macam hal :
  1. Meningkatkan kadar ALAD dalam darah dan urine
  2. Meningkatkan kadar protopporhin dlam sel darah merah
  3. Memperpendek umum sel darah merah
  4. Menurunkan jumlah sel darah merah dan kadar sel-sel darah merah yang masih muda
  5. Meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah

2.3.8        Penanganan kasus dan tindakan pencegahan
Pengobatan keracunan Pb akibat kerja adalah menghentikan penambahan timah hitam yang memasuki tubuh penderita yang pada umumnya melewati jalan pernafasan atau pencernaan, serta mengobatinya dengan ethylendiaminetetraacetic (EDTA) intravenous. Ethylendiaminetetraacetic akan mengikat kation Pb dalam tulang dan jaringan lunak. Ekskresi lebih dari 600 µg Pb dalam spesimen urin 24 jam menandakan adanya pajanan secara signifikan (Palar, 1994). Selain menggunakan EDTA, dapat pula digunakan 2,3 dimercapto -1- propanol (British antilewisite atau BAL). Dua macam obat ini dapat mengikat Pb yang ada pada jaringan seperti eritrosit, otot, liver, ginjal dan tulang trabekular. Namun pada pasien dengan pajanan yang lama, sebagian besar Pb disimpan pada tulang padat dan otak (DeRoos, 1997).
Keberhasilan terapi ini tergantung pada beberapa factor antara lain : beratnya gejala klinik, derajat disfungsi organ terminal, kadar Pb dalam darah dan sifat pajanan akut atau kronik. Biasanya terapi ini diindikasikan untuk pasien dengan kadar Pb dalam darah lebih dari 80 µg/dL .
Tindakan pengendalian yang dapat diambil guna mencegah intoksikasi Pb bisa berupa : (a) Pengawasan ketat terhadap sumber debu atau uap Pb, (b) peningkatan higiene industri dan hygiene perorangan seperti pakaian khusus dengan aliran udara tekanan positf bagi pekerja yang membersihkan tangki -tangki penyimpanan TEL, tidak boleh makan, minum dan merokok di tempat kerja, (c) pemeriksaan sebelum penempatan meliputi riwayat medis dan pemeriksaan fisik dengan perhatian khusus pada sistim hematopoetik dan kadar Hb darah, (d) pemeriksaan berkala setiap tahun untuk mencari tanda dan gejala pajanan Pb dan uji laboratorium untuk mengukur absorbsi Pb yang berlebihan serta pemeriksaan untuk memastikan efek toksik Pb, (e) uji saring dengan frekuensi uji saring tergantung terhadap tingkat pajanan potensial dan hasil pemeriksaan kesehatan dan hasil uji saring sebelumnya, dan (f) pendidikan cara mengenal bau uap TEL atau gasoline dan cara pencegahan keracunan.
Tindakan pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah dengan dilakukannya program medical surveillance. Program ini harus dilakukan pada pekerjaan dengan resiko tinggi dimana pekerja mungkin terpajan Pb di udara lebih dari 30 µg/m3 atau lebih dari 30 hari per tiap tahun. Para pekerja harus dilakukan tes Pb darah dan FEP pada waktu-waktu tertentu (Denny Ardyanto, 2005). Intervensi yang dapat dilakukan terhadap hasil medical surveillance dapat dilihat dibawah ini

2.4       Kendaraan
Harian kompas 16 arpil 2006 memberitakan, Asap kendaraan bermotor menyumbang 26 persen dari total emisi yang dihasilkan di Indonesia dan menyebabkan 60-90 persen dari seluruh polusi di negara-negara industry. Menurut data Bappenas, setiap kali kendaraan mengeluarkan asap, sekitar 1.000 unsur beracun yang terkandung di dalamnya turut mengotori udara.

2.4.1    Definisi Kendaraan
Mobil merupakan bentuk kendaraan bertenaga mesin yang paling banyak dipakai. Kendaraan atau angkutan atau wahana adalah alat transportasi, baik yang digerakkan oleh mesin maupun oleh makhluk hidup. Kendaraan ini biasanya buatan manusia (mobil, motor, kereta, perahu, pesawat), tetapi ada yang bukan buatan manusia dan masih bisa disebut kendaraan, seperti gunung es, dan batang pohon yang mengambang. Kendaraan tidak bermotor dapat juga digerakkan oleh manusia atau ditarik oleh hewan, seperti gerobak. (Wikipedia).

 Tabel 2.2
Data objek kendaraan bermotor Wilayah Samsat
Palembang Tahun 2011
No
Jenis Kendaraan
Plat Hitam
Plat Merah
Plat Kuning
Total
1
Sedan
13.972
64
263
14.299
2
Jeep
16.759
281
1
17.041
3
Mini bus
68.828
1.273
2.765
72.866
4
Mikro bus
1.3312
286
2.929
4.546
5
Pick up
25.665
384
259
26.308
6
Truk
25.283
733
3.773
29.789
7
Sepada motor
544.048
8.758
0
552.806

Total
695.886
11.779
9.990
717.655
Sumber : Unit Pelaksana teknis dinas wilayah samsat Dipenda Prov. Sum-sel(2011)
               Jumlah kendaraan yang ada di palembang berjumlah 717619 unit kendaraan.Yang mana jumlah tersebut untuk semua jenis kendaraan baik roda 2 maupun roda 4.( dipenda prov sumsel/samsat palembang.)
Definisi Kendaraan berdasarkan PP Nomor 44 Tahun 1993, yaitu :
  1. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu.
  2. Sepeda Motor adalah kendaraan bermotor beroda dua, atau tiga tanpa rumah-rumah baik dengan atau tanpa kereta samping.
  3. Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
  4. Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
  5. Mobil Barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.
  6. Kendaraan Khusus adalah kendaraan bermotor selain daripada kendaraan bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang, yang penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang khusus.
  7. Kendaraan Umum menurut Undang-undang no 22 Tahun 2009 adalah setiap kendaraan yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

2.4.2        Sektor Transportasi Perkotaan
Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada umumnya sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain.
Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber-sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi yang direncanakan.
Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:
1.      Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial)
2.      Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada ( misalnya jalan yang sempit).
3.      Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota
4.      Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,  misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota
5.      Kesamaan waktu aliran lalu lintas
6.      Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor
7.      Faktor perawatan kendaraan dan jenis bahan bakar yang digunakan.
8.      Jenis permukaan jalan dan struktur pembangunan jalan.
9.      Siklus dan pola mengemudi (driving pattern).
Di samping faktor-faktor yang menentukan intensitas emisi pencemar sumber tersebut, faktor penting lainnya adalah faktor potensi dispersi atmosfer daerah perkotaan, yang akan sangat tergantung kepada kondisi dan perilaku meteorologi.

2.4.3        BBM (Bahan Bakar Minyak)
Sektor transportasi mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber energi. Seperti diketahui penggunaan energi inilah yang terutama menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Hampir semua produk energi konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan dalam sektor transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke udara. Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida sulfur). Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal (Lead). Solar dalam motor diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar (karsinogenik), dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya.

2.4.4        Emisi Gas Buang
Polusi udara yang disebabkan oleh transportasi darat yang dinilai sangat dominan salah satunya adalah gas buang kendaraan bermotor. Dimana kontribusi terbesar dari seluruh polutan yang ada adalah gas Carbon Monoksida ( Howard S. Peavy, 1985 ).
Namun besar kecilnya keluaran polutan emisi gas buang kendaraan bermotor terhadap lingkungan tergantung pada beberapa hal (Dirjen Perhubungan Darat, 2000):
1.            Kecepatan kendaraan bermotor.
2.            Kualitas pengapaian.
3.            Kepadatan lalu-lintas
4.            Kilometer tempuh kendaraan bermotor.
5.            Volume mesin kendaraan bermotor
6.            Pemilihan bahan bakar.
Pada kendaraan bermotor tersebut, bagian yang menghasilkan gas polutan ( Heisler, 1995 ) adalah :
·               Crankease system ( rumah mesin ).
·               Sistem tangki bahan bakar.
·               Sistem saluran gas buang ( knalpot ).
Polusi udara dapat dirasakan semakin hari kian meningkat terutama di daerah yang kepadatan lalu-lintasnya cukup tinggi serta di lokasi industri yang kurang memperhatikan dampak lingkungan (Pramudya, 2001). Peningkatan tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia baik dalam bidang tarnsportasi maupun industri.
2.4.5        Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor
Emisi gas buang bermotor mengandung senyawa berbagai kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit.
Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya karena perbedaan cara operasi mesin. Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar,  yang umumnya tidak terlihat pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin.
Walaupun gas buang bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya seperti nitrogen, karbondioksida dan uap air, tetapi di dalamnya terkandung juga senyawa lain dengan jumlah yang cukup besar yang dapat membahayakan gas buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang terutama terdapat didalam gas buang bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hidrokarbon Nitrogen Oksida (NOx) dan sulfur dioksida (SOx), ozon (O3), dan partikulat debu termasuk timbale (Pb). Bahan bakar tertentu seperti hidrokarbon dan timbal organik, dilepaskan ke udara karena adanya penguapan dari sistem bahan baker. Lalu lintas kendaraan bermotor, juga dapat meningkatkan  kadar partikulat debu yang berasal dari permukaan jalan, komponen ban dan rem.

2.4.6        Dampak terhadap Kesehatan
Senyawa – senyawa di dalam gas buang terbentuk selama energi diproduksi untuk menjalankan kendaraan bermotor. Beberapa senyawa yang dinyatakan dapat membahayakan kesehatan adalah berbagai sulfur dioksida, nitrogen dioksida, karbon dioksida, ozon, hidrokarbon, logam berat tertentu dan partikulat. Pembentukan gas buang tersebut terjadi selama pembakaran bahan bakar fosil-bensin dan solar didalam mesin. Dibandingkan dengan sumber stasioner seperti industri dan pusat tenaga listrik, jenis proses pembakaran yang terjadi pada mesin kendaraan bermotor tidak sesempurna di dalam industri dan menghasilkan bahan pencemar pada kadar yang lebih tinggi, terutama berbagai senyawa organik dan nitrogen dioksida, sulfur dan karbon. Selain itu gas buang kendaraan bermotor juga langsung masuk ke dalam lingkungan jalan raya yang sering dekat dengan masyarakat, dibandingkan dengan gas buang dari cerobong industri yang tinggi. Dengan demikian masyarakat yang tinggal atau melakukan kegiatan lainnya di sekitar jalan yang padat lalu lintas kendaraan bermotor dan mereka yang berada di jalan raya seperti pengendara bermotor, pejalan kaki, polisi lalu lintas, penjaja makanan seringkali terpajan oleh bahan pencemar yang kadarnya cukup tinggi. Estimasi dosis pemajanan sangat tergantung kepada tinggi rendahnya pencemar yang dikaitkan dengan kondisi lalu lintas pada saat tertentu.
Keterkaitan antara pencemaran udara di perkotaan kemungkinan adanya resiko terhadap kesehatan, baru dibahas beberapa dekade belakangan ini. Pengaruh yang merugikan mulai dari meningkatnya kematian akibat adanya episod smog sampai pada gangguan estetika dan kenyamanan. Gangguan kesehatan lain di antara kedua pengaruh yang ekstrim ini, misalnya kanker pada paru – paru atau organ tubuh lainnya, penyakit pada saluran tenggorokan yang bersifat akut maupun kronis, dan kondisi yang diakibatkan karena pengaruh bahan pencemar terhadap organ lain seperti paru, misalnya sistem saraf. Karena setiap individu akan terpajan oleh banyak senyawa secara bersamaan, sering kali sangat sulit untuk menentukan senyawa mana atau kondisi senyawa yang mana paling berperan memberikan pengaruh membahayakan terhadap kesehatan.
Bahaya gas buang kendaraan bermotor terhadap kesehatan tergantung dari toksisitas (daya racun) masing – masing senyawa dan seberapa luas masyarakat terpajan olehnya. Beberapa faktor yang berperan di dalam ketidak pastian setiap analisis resiko yang dikaitkan dengan gas buang kendaraan bermotor antara lain adalah :
1.      Definisi tentang bahaya terhadap kesehatan yang digunakan
2.      Relevansi dan interpretasi hasil studi epidemiologi dan eksperimental
3.      Realibilitas dari data pajanan
4.      Jumlah manusia yang terpajan
5.      Keputusan untuk menentukan kelompok resiko yang mana yang akan dilindungi
6.      Interaksi di antara berbagai senyawa di dalam gas buang, baik sejenis maupun antara yang tidak sejenis
7.      Lamanya terpajan (jangka panjang atau pendek)
Telah banyak bukti bahwa anak – anak dan para lanjut usia merupakan kelompok yang mempunyai risiko tinggi di dalam peristiwa pencemaran udara. Anak – anak lebih peka terhadap infeksi saluran pernafasan dibandingkan dengan orang dewasa, dan fungsi paru – parunya juga berbeda. Para usia lanjut masuk di dalam kategori kelompok resiko tinggi karena penyesuaian kapasitas dan fungsi paru – paru menurun, dan pertahanan imunitasnya melemah. Karena kapasitas paru – paru dari penderita penyakit jantung dan paru – paru juga rendah, kelompok ini juga sangat peka terhadap pencemaran udara.
Berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak pencemar yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut :
1.      Bahan – bahan  pencemar terutama yang mengganggu saluran pernapasan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah sulfur dioksida, partikulat, nitrogen dioksida, ozon dan oksida lainnya.
2.      Bahan – bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik, seperti hidrokarbon, karbon monoksida dan timbal.
3.      Bahan – bahan pencemar yand dicurigai menimbulkan kanker seperti hidrokarbon.
4.      Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan, dll.


2.5              Kerangka Teori
Bagan 2.5
Kerangka Teori
MODERN HAZARD

Pembangunan
aktivitas

 
TRADISIONAL HAZARD
Aktivitas Manusia
Penomena Alami
 
                                                                                        









 


                                                         

 






Udara
 
                                                                            


Paparan
 
                                                                            
                                                                             

Paparan luar
Dosis serap
Target dosis organ
 
                                                                              





 
                                                                               
Pengaruh Kesehatan
Pengaruh Subklinis
Angka kesakitan
Angka kematian
 
                                                                             


Sources & effect Continum for Corvalan and Kjell Strom 1995,
With Permissions. Yassi A, et al, 2001


 
 






BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Gambaran Umum wilayah penelitian
Kota palembang adalah ibukota sumatera selatan yang mempunyai luas wilayah 400,61 km2 dengan jumlah penduduk 1.438.938 jiwa, yang bearti setiap km2 dihuni oleh 3.592 jiwa. Kota palembang dibelah oleh sungai musi menjadi dua daerah, yaitu seberang ilir dan seberang ulu. Sungai musi ini bermuara ke selat bangka dengan jarak 105 km. Oleh karena itu, prilaku air laut sangat berpengaruh yang dapat dilihat dari adanya pasang surut antara 3-5 meter.
Keadaan geografis kota palembang terletak antara 2o 52′ sampai 3o 5′ LS dan 104o 37′ sampai 104o 52′ BT dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan air laut. Keadaan alam kota Palembang merupakan daerah tropis lembah nisbi, dengan suhu rata-rata sebagian besar wilayah Kota Palembang 21o– 32o Celsius, curah hujan 22 – 428 mml per tahun. Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi.
Pada tahun 2003 suhu udara rata-rata berkisar antara 23,9º-32º Celsius, 24,04º-32,60º Celsius (2004), 22,44º-33,65º Celsius (2005), 26,4º-28,9º Celsius (2006) dan 21,2º-35,5º Celsius (2007). Pada tahun 2007, curah hujan terbesar jatuh pada bulan April dengan jumlah curah hujan 540 mm3. Sedangkan kelembaban udara tahun 2007 rata-rata 80%, kecepatan angin rata-rata 20 km/jam dengan arah terbesar dari arah barat laut, serta tekanan udara rata-rata di permukaan laut sebesar 1009 mbar dan di daratan sebesar 1007,5 mbar.
Kota Palembang merupakan ibukota Propinsi Sumatera Selatan, yang terdiri dari enam belas kecamatan, yaitu Kec. Ilir Timur 1, Ilir Timur II, ILir Barat 1, Ilir Barat II, Seberang Ulu I, Seberang Ulu II, Sukarame, Sako, Bukit Kecil, Gandus, Kemuning, Kalidoni, Plaju, Kertapati, Alang-Alang Lebar dan Sematang Borang
Kota palembang berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut :
1.      Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pangkalan Benteng, Desa Gasing, dan kenten laut kecamatan Talang Kelapa Kabupaten. Banyuasin.
2.      Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bakung Kecamatan Inderalaya Kabupaten. Ogan Ilir dan Kecamatan. Gelumbang Kabupaten. Muara Enim.
3.      Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Balai Makmur Kecamatan. Banyuasin 1, Kabupaten. Banyuasin.
4.      Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten. Banyuasin.







3.1.1    Gambar Lokasi Penelitian Pengambilan Sampel Timbal

Pengukuran kadar Timbal di lakukan di enam titik lokasi penelitian pada simpang empat yang ada di kota Palembang :

Gambar 3.1
Enam titik Lokasi simpang empat penelitian di kota Palembang pada Tahun 2011

Sumber : Google earth.

3.2       Analisis Univariat
3.2.1    Tingkat Konsentrasi Timbal (Pb)

Tabel 3.1 
Distribusi konsentrasi Timbal (Pb) Menurut Waktu dan Lokasi  Pengambilan
Sampel (µg/Nm³) DI Kota Palembang Tahun 2011
Lokasi
Konsentrasi Pb
(µg/Nm³/1 jam)
Rata-rata
SD
Min
Max
Pagi
Siang
Sore
Simpang Jakabaring
 0,5680
  0,2381
0,0538
0,286633
0,2605130
0,0538
0,5680
Sp. Air mancur
0,0081
0,1385
0,0358
0,060800
0,0687007
0,0081
0,1385
Simpang
Rs.Charitas
0
0,5977
0
0,199233
0,3450823
0,0000
0,5977
Simpang Sekip
0,2746
0
0,1262
0,133600
0,1374495
0,0000
0,2746
Simpang
Polda
0,1069
0,0600
1,5223
0,563067
0,8310513
0,0600
1,5223
Simpang
Km 12
0,2738
0,1266
0,0573
0,152567
0,1105611
0,0573
0,2738
Rata-rata
0,205233
0,193483
0,299233

SD
0,2152972
0,2136033
0,6005896

Min
0,0000
0,0000
0,0000

Max
0,5680
0,5977
1,5223

Baku Mutu Lingkungan     : PerGub Sumsel No.17 tahun 2005 = 2 µg/Nm³/24 jam
Sumber                              : Data primer Hasil Penelitian Suwandi W  2011

Berdasarkan hasil pengukuran berdasarkan pada waktu penelitian seperti terlihat pada tabel 5.1.  di atas dapat di simpulkan bahwa pada waktu pagi hari tingkat konsentrasi Timbal tertinggi terjadi pada di Sp. Jakabaring dengan konsentrasi sebesar 0,5680 (µg/Nm³), dan konsentrasi Timbal terendah terjadi di Sp. RS.Charitas dengan konsentrasi sebesar 0 (µg/Nm³). Dan pada waktu siang hari tingkat konsentrasi Timbal tertinggi terjadi di Sp RS.Charitas dengan konsentrasi sebesar 0,5977 (µg/Nm³), dan konsentrasi Timbal terendah terjadi di Sp. Sekip dengan konsentrasi sebesar 0 (µg/Nm³). Dan sedangkan pada waktu Sore hari tingkat konsentrasi Timbal tertinggi terjadi di Sp. Polda dengan konsentrasi sebesar 1,5223 (µg/Nm³), dan konsentrasi Timbal terendah terjadi di Sp. RS.Charitas dengan konsentrasi sebesar 0 (µg/Nm³).
Berdasarkan hasil pengukuran berdasarkan pada Lokasi penelitian seperti terlihat pada tabel 5.1.  di atas dapat di simpulkan bahwa tingkat konsentrasi Timbal tertinggi di Sp. Jakabaring terjadi pada waktu pagi hari, yaitu sebesar 0,5977 (µg/Nm³) dan yang terendah terjadi pada waktu sore hari, yaitu sebesar 0,0538 (µg/Nm³). Tingkat konsentrasi Timbal di Sp.Air Mancur tertinggi terjadi pada siang hari, yaitu sebesar 0,1385 (µg/Nm³) dan yang terendah terjadi pada pagi hari yaitu sebesar 0,0081 (µg/Nm³). Tingkat konsentrasi Timbal di. Sp. RS.Charitas tertinggi terjadi pada sinag hari, yaitu sebesar 0,5977 (µg/Nm³) dan yang terendah terjadi pada pagi dan sore hari yaitu sebesar 0 (µg/Nm³). Tingkat konsentrasi Timbal di Sp.Sekip tertinggi terjadi pada pagi hari, yaitu sebesar 0,2746 (µg/Nm³) dan yang terendah terjadi pada siang hari yaitu sebesar 0 (µg/Nm³). Tingkat konsentrasi Timbal di Sp.Polda tertinggi terjadi pada sore hari, yaitu sebesar 1,5223 (µg/Nm³) dan yang terendah terjadi pada siang hari yaitu sebesar 0,0600 (µg/Nm³). Dan Tingkat konsentrasi Timbal di Sp.Km 12 tertinggi terjadi pada pagi hari, yaitu sebesar 0,2738 (µg/Nm³) dan yang terendah terjadi pada sore hari yaitu sebesar 0,0573 (µg/Nm³).
Grafik 3.1
Distribusi konsentrasi Timbal Berdasarkan Lokasi Pengambilan Sampel (µg/Nm³/1 jam) Di Kota Palembang Tahun 2011
Berdasarkan hasil pengukuran berdasarkan pada Lokasi penelitian seperti terlihat pada Grafik 5.1.  di atas dapat di simpulkan bahwa tingkat konsentrasi Timbal tertinggi di Sp. Jakabaring terjadi pada waktu pagi hari, yaitu sebesar 0,5977 (µg/Nm³) dan yang terendah terjadi pada waktu sore hari, yaitu sebesar 0,0538 (µg/Nm³). Tingkat konsentrasi Timbal di Sp.Air Mancur tertinggi terjadi pada siang hari, yaitu sebesar 0,1385 (µg/Nm³) dan yang terendah terjadi pada pagi hari yaitu sebesar 0,0081 (µg/Nm³). Tingkat konsentrasi Timbal di. Sp. RS.Charitas tertinggi terjadi pada sinag hari, yaitu sebesar 0,5977 (µg/Nm³) dan yang terendah terjadi pada pagi dan sore hari yaitu sebesar 0 (µg/Nm³). Tingkat konsentrasi Timbal di Sp.Sekip tertinggi terjadi pada pagi hari, yaitu sebesar 0,2746 (µg/Nm³) dan yang terendah terjadi pada siang hari yaitu sebesar 0 (µg/Nm³). Tingkat konsentrasi Timbal di Sp.Polda tertinggi terjadi pada sore hari, yaitu sebesar 1,5223 (µg/Nm³) dan yang terendah terjadi pada siang hari yaitu sebesar 0,0600 (µg/Nm³). Dan Tingkat konsentrasi Timbal di Sp.Km 12 tertinggi terjadi pada pagi hari, yaitu sebesar 0,2738 (µg/Nm³) dan yang terendah terjadi pada sore hari yaitu sebesar 0,0573 (µg/Nm³).
3.2.1        Gambaran Jumlah Kendaraan Bermotor

Tabel 3.2
Kendaraan bermotor berdasarkan jenis, menurut lokasi dan waktu penelitian pada simpang empat sampel di kota Palembang tahun 2011 (1 jam)
Lokasi
Pagi
Siang
Sore
Jumlah
Rata-Rata
Roda2
Roda4
Umum
Roda2
Roda4
Umum
Roda2
Roda4
Umum
Sp Jakabaring
7080
3036
858
7164
2388
786
7620
2550
522
32004
3556
Sp Air Mancur
9402
5406
1326
10824
4866
1458
8862
5832
1338
49314
5479
Sp Rs.Charitas
4740
3804
570
4542
3072
564
7668
4662
1098
30720
3413
Sp Sekip
3546
2034
312
3702
2579
432
5304
3402
486
21797
2422
Sp Polda
7140
3438
516
5550
2520
300
8136
4734
462
32796
3644
Sp KM 12
3306
1962
408
3396
1980
384
4884
1992
312
18624
2069
jumlah
35214
19680
3990
35178
17405
3924
42474
23172
4218

rata-rata
5869
3280
665
5863
2901
654
7079
3862
703

Sumber : Hasil penelitian Suwandi W , 2011

Grafik 3.2
Jumlah kendaraan bermotor berdasarkan jenis, menurut lokasi dan waktu
penelitian pada Tahun 2011
               Berdasarkan hasil pengukuran berdasarkan pada waktu penelitian seperti terlihat pada tabel dan grafik 5.8, di atas dapat di simpulkan bahwa jumah kendaraan bermotor tertinggi pada waktu pagi hari terdapat di Sp. Air Mancur yaitu sebesar 16.134 dengan rata-rata 5.378 dan yang terendah terdapat di Sp. KM 12 yaitu sebesar 5.676 dengan rata-rata 1.892. Jumlah kendaraan di Sp. Jakabaring pada waktu di pagi hari berjumlah 10.974 dengan rata-rata 3.658. Jumlah kendaraan di Sp. RS.Charitas pada waktu di pagi hari berjumlah 9.114 dengan rata-rata 3.038. Jumlah kendaraan di Sp. Sekip pada waktu di pagi hari berjumlah 3.546 dengan rata-rata 1.964. Jumlah kendaraan di Sp. Polda pada waktu di pagi hari berjumlah 11.094 dengan rata-rata 3.698. dan pada waktu pagi hari jenis kendaraan yang paling tinggi yaitu kendaraan roda 2, yaitu sebesar 35.214 dengan rata-rata 5.869. kemudian kendaraan roda 4, yaitu sebesar 19.860 dengan rata-rata 3.310. Angkutan umum memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu sebesar 3.990 dengan rata-rata 665.
Jumlah kendaraan bermotor tertinggi pada waktu Siang hari terdapat di Sp. Air Mancur yaitu sebesar 17.148 dengan rata-rata 5.716 dan yang terendah terdapat di Sp. KM 12 yaitu sebesar 5.760 dengan rata-rata 1.920. Jumlah kendaraan di Sp. Jakabaring pada waktu di Siang hari berjumlah 10.338 dengan rata-rata 3.446. Jumlah kendaraan di Sp. RS.Charitas pada waktu di Siang hari berjumlah 8.178 dengan rata-rata 2.726. Jumlah kendaraan di Sp. Sekip pada waktu di Siang hari berjumlah 6.713 dengan rata-rata 2.237. Jumlah kendaraan di Sp. Polda pada waktu di Siang hari berjumlah 8.370 dengan rata-rata 2.790. dan pada waktu Siang hari jenis kendaraan yang paling tinggi yaitu kendaraan roda 2, yaitu sebesar 35.178 dengan rata-rata 5.863. kemudian kendaraan roda 4, yaitu sebesar 17.405 dengan rata-rata 2.901. Angkutan umum memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu sebesar 3.924 dengan rata-rata 654.
Jumlah kendaraan bermotor tertinggi pada waktu Sore hari terdapat di Sp. Air Mancur yaitu sebesar 16.032 dengan rata-rata 5.344 dan yang terendah terdapat di Sp. KM 12 yaitu sebesar 7.188 dengan rata-rata 2.396. Jumlah kendaraan di Sp. Jakabaring pada waktu di pagi hari berjumlah 10.692 dengan rata-rata 3.564. Jumlah kendaraan di Sp. RS.Charitas pada waktu di pagi hari berjumlah 13.428 dengan rata-rata 4.476. Jumlah kendaraan di Sp. Sekip pada waktu di pagi hari berjumlah 9.192 dengan rata-rata 3.064. Jumlah kendaraan di Sp. Polda pada waktu di pagi hari berjumlah 13.332 dengan rata-rata 4.444.. dan pada waktu pagi hari jenis kendaraan yang paling tinggi yaitu kendaraan roda 2, yaitu sebesar 42.474 dengan rata-rata 7.079. kemudian kendaraan roda 4, yaitu sebesar 23.172 dengan rata-rata 3.862. Angkutan umum memiliki jumlah yang paling sedikit yaitu sebesar 4.218 dengan rata-rata 703.







3.2.1        Gambaran Suhu Udara

Tabel 3.3
Distribusi Suhu Udara Menurut Waktu Dan Lokasi Pengambilan Sampel (°C)
Di Kota Palembang Tahun 2011

Lokasi
Suhu udara (°C )
Rata-rata
Pagi
Siang
Sore
Simpang jakabaring
27,3
34,7
28,2
30,07
Simpang Air mancur
34,3
38,4
28,3
33,67
Simpang RS.Charitas
33,8
37,2
37,8
36,27
Simpang Sekip
30
35,2
28,3
31,17
Simpang Polda
27,4
37,8
34,3
33,17
Simpang Km 12
31,5
35,1
34,1
33,57
Rata-Rata
30,71
36,4
31,83

Sumber : data hasil penelitian Suwandi W, 2011
Grafik 3.3
Distribusi Suhu Udara Menurut Waktu Dan Lokasi Pengambilan Sampel (°C)
Di Kota Palembang Tahun 2011


Berdasarkan hasil pengukuran seperti  terlihat pada table 5.15 dan grafik 5.15 dapat disimpulkan bahwa jumlah Suhu Udara tertinggi terjadi di Sp. Charitas yaitu 108,8°C dengan rata-rata 36,26 °C dan terendah terjadi di Sp. Jakabaring yaitu  sebesar 90,2 °C dengan rata-rata 30,06 °C. jumlah Suhu Udara di Sp. Air Mancur  yaitu sebesar 101 °C dengan rata-rata 33,66 °C. jumlah Suhu Udara di Sp.Sekip yaitu sebesar 93,5 °C dengan rata-rata 31,16 °C. jumlah Suhu Udara di Sp. Polda yaitu sebesar 99,5 °C dengan rata-rata 33,16 °C. jumlah Suhu Udara di Sp. Km 12 yaitu sebesar 100,7 °C dengan rata-rata 33,56 °C. pada waktu pagi hari jumlah suhu udara yaitu sebesar 184,3 °C dengan rata-rata 30,71 °C. pada waktu siang hari jumlah suhu udara yaitu sebesar 218,4 °C dengan rata-rata 36,4 °C. pada waktu sore hari jumlah suhu udara yaitu sebesar 191 °C dengan rata-rata 31,83 °C.

5.2.1        Gambaran Kelembaban Udara

Tabel 5.12
Distribusi Kelembaban Udara Menurut Waktu Dan Lokasi Pengambilan
Sampel (%RH) Di Kota Palembang Tahun 2011

Lokasi
Kelembaban(%RH)
Rata-rata
Pagi
Siang
Sore
Sp. Pamor
83,1
39,6
56,1
59,6
Sp. Air mancur
50,3
40,65
60,1
50,35
Sp. Charitas
68,6
38
39,2
48,6
Sp. Sekip
66
57,4
59,1
60,83
Sp. Polda
84,6
43,2
70,6
66,13
Sp. Km 12
70,3
41,5
71,2
61
Rata-rata
70,48
43,39
59,38

Sumber : data hasil penelitian Suwandi W, 2011
Grafik 5.12
Distribusi Kelembaban Udara Menurut Waktu Dan Lokasi Pengambilan
Sampel (%RH) Di Kota Palembang Tahun 2011
Berdasarkan hasil pengukuran seperti  terlihat pada table 5.22 dan grafik 5.22 dapat disimpulkan bahwa jumlah Kelembaban Udara tertinggi terjadi di Sp. Polda yaitu sebesar 198,4(%RH) dengan rata-rata 66,13(%RH) dan terendah terjadi di Sp. RS. Charitas yaitu  sebesar 146(%RH) dengan rata-rata 48,67(%RH). jumlah Kelembaban Udara di Sp. Jakabaring yaitu sebesar 178,8(%RH) dengan rata-rata 59,6(%RH). Jumlah kembaban udara di Sp. Air Mancur yaitu sebesar 151,05(%RH) dengan rata-rata 50,35(%RH). jumlah Kelembaban Udara di Sp.Sekip yaitu sebesar 182,5(%RH) dengan rata-rata 60,83(%RH). jumlah Kelembaban Udara di Sp. Km 12 yaitu sebesar 183(%RH) dengan rata-rata 61(%RH). pada waktu pagi hari jumlah Kelembaban udara yaitu sebesar 423,1(%RH) dengan rata-rata 70,51(%RH). pada waktu siang hari jumlah Kelembaban  udara yaitu sebesar 260,35(%RH) dengan rata-rata 43,39(%RH). pada waktu sore hari jumlah Kelembaban udara yaitu sebesar 356,3(%RH)  dengan rata-rata 59,38(%RH)

5.2.2        Gambaran Kecepatan Angin

Tabel 5.13
Distribusi Kecepatan Angin (Fit/menit) menurut lokasi dan waktu
Pengambilan Sampel Di Kota Palembang Tahun 2011

Lokasi
Kecepatan angin (Fit/menit)
Rata-rata
Pagi
Siang
Sore
Sp. Pamor
1,47
1,11
0,62
1,06
Sp. Air mancur
0,91
1,84
0,91
1,22
Sp. Charitas
0,8
1,9
1,26
1,32
Sp. Sekip
0,53
0,65
1,38
0,85
Sp. Polda
1,08
0,87
1,42
1,12
Sp. Km 12
1,3
1,5
0,62
1,14
Rata-rata
1,05
1,31
1,03

   Sumber : data hasil penelitian Suwandi W, 2011

Grafik 5.13
Distribusi Kecepatan Angin (Fit/menit) menurut lokasi dan waktu Pengambilan Sampel Di Kota Palembang Tahun 2011

Berdasarkan hasil pengukuran seperti  terlihat pada table 5.29 dan grafik 5.29 dapat disimpulkan bahwa jumlah Kecepatan Angin tertinggi terjadi di Sp. Chiritas yaitu sebesar 3,96 (Fit/menit) dengan rata-rata 1,32 (Fit/menit) dan terendah terjadi di Sp. Sekip yaitu  sebesar 2,56 (Fit/menit) dengan rata-rata 0,85 (Fit/menit). jumlah Kecepatan Angin di Sp. Jakabaring yaitu sebesar 3,2 (Fit/menit) dengan rata-rata 1,06 (Fit/menit). Jumlah Kecepatan Angin di Sp.Air Mancur yaitu sebesar 3,66 (Fit/menit) dengan rata-rata 1,22(Fit/menit). jumlah Kecepatan Angin di Sp.Polda yaitu sebesar 3,37 (Fit/menit) dengan rata-rata 1,12 (Fit/menit). jumlah Kecepatan Angin di Sp. Km 12 yaitu sebesar 3,42(Fit/menit) dengan rata-rata 1,14 (Fit/menit). pada waktu pagi hari jumlah Kecepatan Angin yaitu sebesar 6,09 (Fit/menit) dengan rata-rata 1,01 (Fit/menit). pada waktu siang hari jumlah Kecepatan Angin yaitu sebesar 7,87 (Fit/menit) dengan rata-rata 1,31 (Fit/menit). pada waktu sore hari jumlah Kecepatan Angin yaitu sebesar 6,21 (Fit/menit)  dengan rata-rata 1,03 (Fit/menit)
 

3.3       ANALISIS BIVARIAT                                                                  
Tabel Bivariat 5.14

Kadar Timbal
Roda dua
Roda empat
Angkutan umum
Total kendaraan
Suhu udara
Kecepatan angin
Kelembaban udara
Kadar Timbal
1
r :0.087
p: 0.732
r :0.100
p :0.692
r :0.106
p :0.677
r :0.069
p :0.784
r :0.010
p :0.969
r :0.424
p :0.080
r :0.230
p :0.358
Roda dua
r :0.087
p :0.732
1
r : 0.785
p : 0.000**
r : 0.045
p : 0.858
r : 0.969
p :0.000**
r :0.022
p :0.932
r :0.210
p 0. 402
r :0.129
p :0.609
Roda empat
r :0.100
p :0.692
r :0.785
p :0.000**
1
r :0.162
p :0.522
r :0.910
p :0.000**
r :0.069
p :0.784
r :0.218
p :0.384
r :0.093
p :0.715
Angkutan umum
r : 0.106
p : 0.677
r :0.045
p :0.858
r :0.162
p :0.522
1
r :0.090
p:0.723
r :0.283
p :0.256
r :0.211
p :0.402
r :0.032
p :0.889
Total kendaraan
r : 0.069
p : 0.784
r :0.969
p :0.000**
r :0.910
p :0.000**
r :0.090
p :0.723
1
r :0.049
p :0.846
r :0.234
p :0.350
r :0.142
p :0.575
Suhu udara
r : 0.010
p : 0.986
r : 0.022
p : 0.932
r : 0.069
p : 0.784
r :0.283
p :0.256
r :0.049
p :0.846
1
r :0.279
p :0.262
r :0.718
p :0.001**
Kecepatan angin
r : 0.424
p : 0.080
r 0:0.210
p :0.402
r :0.218
p :0.384
r :0.211
p :0.402
r :0.234
p :0.350
r :0.279
p :0.262
1
r :0.292
p :0.240
Kelembaban udara
r :0.230
p :0.358
r :0.129
p :0.609
r :0.093
p :0.715
r :0.032
p :0.899
r :0.142
p :0.575
r  :0.718
p :0.001**
r :0.292
p :0.240
1
Pearson Correlation Test Seluruh Variabel Kontinyu

sumber : Data hasil Penelitian Suwandi W, 2011
*    P<0,05 (Signifikan)           **        P<0,01

Analisis  senjutnya digunakan korelasi sederhana antar variable dalam hal ini analisisbivariat (Pearson Correlation Test Seluruh Variabel Kontinyu.
Tabel 5.14 memperlihatkan korelasi sederhana antar variabel penelitian yang bersifat continuous data yakni kadar Timbal, kendaraan roda dua, kendaraan roda empat dan kendaraan angkutan umum, serta suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara. Dari hasil regresi antara kadar Timbal (Pb), dan ketujuh variabel tersebut diperoleh angka yang berbeda. Angka korelasi menunjukkan bahwa ketujuh variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kadar Timbal (Pb)
Untuk variabel Timbal (Pb) terdapat korelasi tidak begitu bermakna terhadap kendaraan roda dua (r : 0.087) terhadap roda empat dengan (r : 0100), dan terhadap angkutan umum (r : 0.106), artinya semakin tinggi jumlah kendaraan yang ada maka akan semakin tinggi juga kadar timbal (Pb) di udara.
   variabel roda dua berkorelasi bermakna terhadap roda empat dengan (r : 0.785) semakin tinggi roda empat maka semakin tinggi juga kendaraan roda dua.
               variabel roda empat berkorelasi bermakna terhadap roda dua dengan (r : 0.785) semakin tinggi roda dua maka semakin tinggi juga kendaraan roda empat.
variabel angkutan umum tudak begitu berkorelasi bermakna terhadap kadar timbal, kendaraan roda dua, kendaraan roda empat dan total kendaraan dengan r masing-masing adalah 0.106, 0.045, 0.162, dan 0.090, Artinya semakin kadar timbal maka  semakin tinggi pula jumlah angkutan umum.
Untuk variabel total kendaraan terdapat korelasi yang bermakna terhadap kendaraan roda dua dengan (r : 0.969) dan roda empat dengan (r : 0.910) artinya semakin tinggi kendaraan roda dua dan roda empat maka semakin tinggi juga total kendaraan
variabel suhu udara berkorelasi bermakna terhadap kelembaban udara dengan (r : 0.718) artinnya semakin tinggi kelembaban udara maka semakin tinggi juga suhu udara. Kecepatan angin berkorelasi tidak begitu bermakna terhadap variabel total kendaraan (r :0.234), roda dua (r : 0.210), suhu udara (r : 0.279), dan kelembaban udara (r : 0.293). artinya semakin tinggi kendaraan roda dua, suhu udara dan kelembaban udara maka akan semakin tinggi kecepatan angin
               Dan variabel kelembaban udara berkorelasi bermakna terhadap variabel suhu dengan (r : 0.718). artinya semakin tinggi suhu udara maka akan semakin tinggi juga kelembaban udara.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1       Kesimpulan
               Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :
1.            Paparan udara di kota palembang tercemar Timbal terdapat di semua lokasi penelitian yang mana kadar Timbal tertinggi terdapat di lokasi Sp. Polda pada waktu sore hari yaitu 1,5223 (µg/Nm³/1 jam) dan yang terendah terdapat di lokasi Sp. RS.Charitas pada waktu pagi dan sore hari dan Sp. Sekip yaitu 0 (µg/Nm³/1 jam)
2.            Nilai Timbal yang di peroleh dari hasil penelitian di semua lokasi masih di bawah per Gub Sum-Sel no 17 th 2005 tentang Baku Mutu Udara Ambient Provinsi Sum-Sel 2 (µ/Nm³/24 jam)
3.            Tidak ada hubungan antara kadar timbal di udara dengan kendaraan roda dua, kendaraan roda empat serta, kendaraan angkutan umum, kecepatan angin, kelembaban udara, maupun suhu udara.



4.2              Saran

1.      Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang adanya hubungan kadar Timbal di udara dengan gas buang dari kendaraan, maupun pengaruh dari suhu udara, kelembaban udara, serta kecepatan angin secara analitik atau uji statistik.
2.      Perlu diadakan penyuluhan tentang efek negatif dari paparan timbal yang berkepanjangan bagi pengguna jalan raya serpeti petugas polisi lalu lintas, pengendara kendaraan, maupun pejalan kaki di jalan raya. serta pengadaan alat pelindung diri (masker) yang menutupi hidung dan mulut serta dapat menghalangi partikel-partikel logam berat demi mengurangi resiko timbulnya keracunan timbal.
3.      Hendaknya pemerintah mengkaji ulang baku mutu lingkungan yang telah di tetapkan sekarang karena tidak sesuai lagi dengan keadaan saat ini yang mana perkembangan suatu kota yang pesat pembangunan nya..
4.      Hendaknya dilakukan kegiatan penghijau kota oleh pihak pemerintah kota Palembang, sehingga untuk mengurangi angka kadar timbal yang ada di udara.
5.      Diharapkan kepada peneliti lainnya yang tertarik meneliti kadar Timbal diudara  hendaklah meneliti dengan sampel yang lebih besar dengan waktu yang lebih panjang.



DAFTAR PUSTAKA

Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Sumsel 2009
                  Laporan Koordinasi Penilaian Langit Biru tahun 2009.

Badan Lingkunan Hidup (BLH) Provinsi Sumatera Selatan, 2010
            Laporan koordinasi penilaian langit biru tahun 2010.

Btkl Palembang 2010
Uji Petik Kualitas udara di Kabupaten / Kota Provinsi Sumsel Tahun 2010.

Darmono, 2010
Lingkungan Hidup Dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi Senyawa Logam, Universitas Indonesia : Jakarta.

Daniel.S.B And.James A R
Introducction to Environment Health, Second Edition, Springer Publishing Company

EPA, 2011.
Environmental Protection Agency, US. Six Common Pollution; Lead. (http://www.epa.gov/airquality/lead) diakses tanggal 13 maret 2011.

Fardiaz, Srikandi, (1992).
            Polusi Air & Udara, PT. Kanisius : Yogyakarta

Friss, R.H, 2007.
            Essential of Environmental Health. California, Jones and Bartlett Publisher.

Irwansyah, Maryadi,2003
Hubungan Kepadatan, Jenis Kendaraan Terhadap Kadar Timbal Udara Dan Urin masyarakat sekitar jalan raya kota yogyakarta, Jurnal Manusia dan Lingkungan. Universitas Gajah Mada http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php

Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (kpbb)/ Kementrian Lingkungan Hidup (klh). 2006. Indonesian Fuel Quality Report 2006 Clean Fuel: A Requiretment For Air Quality Improvement, Jakarta.

Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (kpbb). 2008. Kebijakan Energi Bersih Melalui Penghapusan Bensin Bertimbal (pb). Www.kpbb.org

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), 2011.
Hasil penelitian polusi udara : Sulfur Dioksida (SO2). (http://www.dirgantara-lapan.or.id/jizonpolud/htm/so2.htm) diakses tgl 14 april 2011

Malaka, Tan (2009)
Ilmu Kesehatan kerja. Bahan ajar STIK Bina husada : Palembang

Murni, N.S, 2011.
Kadar timbal (Pb) Dalam Semen Dan Motilitas Sperma, Serta Factor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Pasien Yang Memeriksakan Diri Di Laboratorium Biologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Tesis program pascasarjana sriwijaya palembang.

Ningsih, Meria Wahyu, 2010.
Penilaian risiko kesehatan kerja yang dipengaruhi oleh karbon monoksida (CO) di SPBU kota Palembang tahin 2010. (skripsi) STIK Bina Husada.
           
Palar, Heryando, 2004.
Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat, PT.Rineka Cipta : Jakarta.

Patthoni, Arwandi (2010)
Analisis Kandungan Pb Dalam Urine Pada Penarik Becak Di Wilayah Kelurahan 23 Ilir Palembang Tahun 2010

PERGUB SUMSEL, N0 17 2005
Tentang Baku Muru Ambient Dan Baku Tingkat Kebisingan.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
                  Pencemaran Udara http://hukum.unsrat.ac.id//pp/pp_41_99.htm

Samsat Palembang (2011)
Keadaan Data Objek Pajak Kendaraan Bermotor. Wilayah Samsat Palembang. Unit Pelaksana Teknis Dinas. Provinsi Sumatera Selatan.

Sastrawijaya, Tresna, 1991.
Pencemaran Lingkungan, PT. Rineka Cipta : Jakarta.

Sugiarta.A.A.G, 2006
Dampak Agro Sains Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Jurnal Bumi Lestari, Vol. 8 No 2. agustus 2008. hal 162-167


VIVAnews.com
            Asap Kendaraan Perpendek Usia Anda. Tanggal 22 oktober 2009.

VIVAnews.com
Polusi Udara Lebih Berbahaya Ketimbang Kokain. Tanggal 5 maret 2011. (http://teknologi.vivanews.com/news/read/206691-polusi-udara-lebih-berbahaya-ketimbang-kokain) diakses tgl 10 maret 2011.

Yassi, A, at al, 2001.
Contaminant Sources And Effect Continum, From Corvalan And Kjellstrom 1995, With Permission.

www.Bsn.Sni/Timbal.com diakses 15 maret 2011


www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF, diakses 17 maret 2011

http://www.pertamina.com /material-safety-data-sheet

http://id.wikipedia.org/wiki/Timbal, Diakses 12 maret 2011




 
National Ambient Air Quality Standards

Pollutant
Primary Standards
Secondary Standards
Level
Averaging time
Level
Averaging time
9 ppm
(10 mg/m3)
8 hour
None
35 ppm
(40 mg/m3)
1 hour
Lead (Pb)
0.15 µg/m3
Rolling 3- month average
Same as  Primary
1.5 µg/m3
Quarterly everage
Same as  Primary
53 ppb
Annual (arithmetic average)
Same as  Primary
100   b
1 hour
none
150 µg/m3
24 hour
Same as  Primary
15.0 µg/m3
Annual (arithmetic average)
Same as  Primary
35 µg/m3
24 hour
Same as  Primary
0.075 ppm (2008 std)
8 hour
Same as  Primary
0.08 ppm  (1997 std)
8 hour
Same as  Primary
0.12 ppm
1 hour
Same as  Primary
0.03 ppm
Annual (arithmetic average)
0.5 ppm
3- hour
0.14 ppm
24 hour
75        75 ppb
1     hour
None
Sumber : EPA air and radiaton (2008)





BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL

No.
Parameter
Waktu Pengukuran
Baku Mutu
Metode Analisis
Peralatan
1
SO2
(sulfur dioksida)
1 jam
24 jam
1 tahun
900 µg/m3
365 µg/m3
60 µg/m3
Pararosanilin
Spektrofotometer
2
CO
(karbon monoksida)
1 jam
24 jam
1 tahun
30.000 µg/m3
10.000 µg/m3
-
NDIR
NDIR analyzer
3
NO2
(Nitrogen Dioksida)
1 jam
24 jam
1 tahun
400 µg/m3
150 µg/m3
100 µg/m3
Saltzman
Spektrofotometer
4
O3 (Oksidan)
1 jam
1 tahun
235 µg/m3
50 µg/m3
Chemiluminescent

Spektrofotometer

5
HC
(Hidro Karbon)
3 jam
160 µg/m3
Flame Ionization
Gas
Chromatografi
6
PM10
(Partikel <10 µg)
24  jam
150 µg/m3
Gravimetric
Hi-Vol
PM2,5 (*)
(Partikel <2,5µg)
24 jam
1 tahun
65 µg/m3
15 µg/m3
Gravimetric
Gravimetric
Hi-Vol
Hi-Vol
7
TSP
(Debu)
24 jam
1 tahun
230 µg/m3
90 µg/m3
Gravimetric
Hi-Vol
8
Pb
(Timbal)
24 jam
1 tahun
2 µg/m3
1 µg/m3
Gravimetric
Ekstraktif
Pengabuan
Hi-Vol

AAS
9
Dustfall
(Debu Jatuh)
30 hari
10 Ton/Km2/bulan
20 Ton/Km2/bulan
(industri)
Gravimetric
Cannister
10
Total Fluorides
(as F)
24 jam
90 hari
3 µg/m3
0,5 µg/m3
Spesific Ion Electrode
Impinger atau Countinous Analyzer
11
Flour Indeks
30 hari
40 µg/cm2 dari kertas limited filter
Colourimetric
Limited Filter Paper
12
Khlorine dan Khlorine
24 jam
150 µg/m3
Spesific Ion Electrode
Imping atau Countinous Analyzer
13
Sulphat Indeks
30 hari
1 mg SO3/100 cm3 Dari Lead Peroksida
Colourimetric
Lead Peroxida Candle
Sumber : PP No 41 Tahun1999

Staplex

Anemometer


Thermohyreometer
Handtally counter


Rangkaian peralatan penelitian

Kendaraan di simpang empat Jakabaring Palembang

Gas buang kendaraan bermotor
Proses Laboratorium

  


Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

3 komentar: